Kehilangan Tuhan
10.56
Bismillah ...
Menikmati setiap denyutan jantung
yang mungkin sengaja Allah pertahankan disini. Di dalam sepetak ruang kosong
ini, yang biasa kita sebut dengan Hati. Cahaya pagi pun seolah menemani kita
dalam terang. Entah terang hanya dalam pandangan mata, atau hingga menusuk
dalam sanubari.
Mencari seongkok gumpalan darah
yang bernyawa. Bukan hanya raga bernama hati. Jika tak berisi tak akan ada
gunanya. Adakah Tuhan disana ?
Hati yang gelap. Lagi-lagi
kehilangan Tuhan. Pagi ini, seharusnya kita larut dalam syukur dan sujud
panjang. Menggulang nada-nada syukur atas segala nikmat yang tak terhingga
dariNya. Namun masih saja, yang terjadi hanyalah kosong, tak bernyawa.
Tetaplah dalam syukur. Ketika
kita dianugerahi kegelisahan yang teramat berat. Seolah semua menjadi tak
berarti. Otak menjadi terombang-ambing bagai sebuah perahu dalam samudra.
Terlebih hati, ia menjadi seperti tersayat-sayat, sakit namun tak sedikitpun
berdarah.
Semua itu karena sebuah dosa.
Ketika kita berada pada titik
kenyamanan. Ditimang oleh Tuhan. Segala bentuk syukur dan persembahan kita
seutuhnya untuk Tuhan. Seperti menari diatas awan tak ada hitam sedikit pun.
Begitulah sebenar-benarnya kebahagiaan. bukan tentang dunia. namun tentang
kenyamanan hati. Dimana kita benar-benar merasa dekat dengan Tuhan.
Tapi, inilah dunia. selalu ada
dua sisi didalamnya. Selalu ada gelap dan terang. Ada pula hujan dan pelangi.
Dan kita, hadir diantara keduanya.
Berulang kali melompat dan
berkali-kali pula gagal mencapainya. Terjatuh lagi. Larut pula dalam genangan penyesalan.
Seolah kehilangan Tuhan dalam gelap.
Berlarilah lagi wahai hati. Meski
air mata itu tak menetes, terkikis sudah cinta dalam hati ini. raihlah Dia sang
pemilik langit dan bumi.
Kejarlah dengan kecepatan hati
tertinggi. Merontalah agar Tuhan mengembalikan hatimu yang dulu. Jangan biarkan
hati ini kosong. Kehilangan Dia Sang Pemilik Hati. Tuhan.
”Iman itu kadang naik kadang turun, maka
perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.”
(HR Ibn Hibban)
2 komentar
menyentuh banget kata katanya mbak mifta
BalasHapusTerimakasih bun, masih kalah syahdu sama tulisan tulisan bunda Wiwid 😍
BalasHapus