Halalkan atau Tinggalkan

05.05



Bismillah ...

Cinta adalah fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap insan. Namun bagaimanakah membingkai rasa agar bukan cinta yang mengendalikan diri kita. Tetapi kita lah yang mengendalikan Cinta. 

Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut disekitar kita saat ini.  mungkin bukan tidak ada, barangkali kita tidak mengetahuinya. 

Dan inilah kisah dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah tentang membingkai rasa dan bertanggung jawab akan perasaan tersebut. Bukan hanya sekedar janji.

Ketika akhirnya doa Ali dan Fatimah dikabulkan sang Maha Cinta, Ali dan Fatimah menyegerakan niat baiknya untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Menyegerakan dalam penyempurnaan ibadah mereka berdua. 

Menikahlah Ali bin Abi Thalib dengan putri tercinta rasulullah SAW, Fatimah Az Zahra. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan sahabat-sahabatnya, namun  Nabi berkeras agar ia membayar bakinya, itu hutang. 

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar,’Umar, dan Fatimah. Dengan keberanian untuk menikah.

Fatimah mencintai Ali apa adanya. Dengan segala kekurangan duniawi yang dimiliki Ali, Fatimah tak pernah menghiraukan itu. Karena baginya cinta kepada Rabbnya adalah kebahagiaan. 

Siapa saja yang mencintai Rabbnya maka dengan ketaatan dan ketaqwaan kepada Sang Maha Khaliq, ia akan mencintai manusia sebagaimana mestinya.

Fatimah berkeyakinan bahwa Ali akan mencintainya atas dasar kecintaannya kepada Rabb dan sunnah Rasulullah. Dengan demikian bahagialah siapa saja yang berpegang teguh kepada keduanya. 

Dan pada saat itu, bukan janji-janji dan nanti-nanti. Ali adalah gentleman sejati. “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang.

Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti  Ali.

Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkatakepada Ali :

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

Ali terkejut dan berkata :

“Kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu ?”

Sambil tersenyum Fathimah berkata :

“Ya, karena pemuda itu adalah Kamu. Ali bin Abi Thalib”

To be Continue ...

You Might Also Like

7 komentar