Menatap Diam
21.10Duduk bersama kebisingan yang ada
tak membuatku resah
sama sekali tidak
Hiruk pikuk yang terjadi
disetiap alunan denting jarum jam
tak membuatku ingin sesekali
meluapkan semua
Bahkan kebahagianpun
kadang tak ingin ku sampaikan
pada dunia
Entah dalam hal apa
aku pun tak mampu mengartikan
Seperti kosong
Disini aku memahami
bahwa putus asa dan kepasrahan
ternyata hanya berjarak
sehelai benang saja
Yaa,
aku tidak begitu mendalami semua ini
Berarti apakah diamku,
Sebuah kepasrahan atau keputus asaan
Entahlah
keriuhan dunia didepanku
Seperti halnya seorang bunda
membiarkan buah cintanya menari nari diatas ombak,
Bunda membiarkan buah hatinya berlumur membasahi dirinya berlari dan berbagai polah seorang bocah yang tak tau mana berbahaya mana menyenangkan
Yaa,
mungkin diamku mencoba meniti
setiap ejaan ejaan yang ada
Mencoba membiarkan semuanya berjalan,
Amarah sakit kecewa air mata
Kubiarkan saja semua mengalir, menelusuri setiap kubik hati ini
Akan kubiarkan hingga Tuhan berkata
"sudahi, kamu harus pulang"
Aku tak menuntut kebahagiaan
melebihi bahagianya menatap
lukisan senyum
diwajah keriput orang tuaku
Kemudian aku ?
Aku akan tetap menatap diam tak berarti
Entah bahagia didunia ataupun dikehidupan yang akan datang
Yang ku tau
sabar tiada berbatas
Mencintai berarti membahagiakan
Setia adalah keikhlasan
Pekalongan, maret 2015
miftahulamif_bukan.puisi
8 komentar
Semoga bahagia sebagai penulis mba. Bahagianya bisa didunia hingga akhirat.
BalasHapusAamiin makasii mbk 😘
HapusPuisi yg indah mba Mifta. 😄
BalasHapusAda makna semangat dan juga keikhlasan hati di dalamnya.
Tp pada bait ke tiga dari bawah, kata 'diwajah' itu bukan seharusnya dipisah ya? jadi => di wajah.
hehe maaf kalau sy yg salah. Sama-sama belajar ya kita 😊
Makasii mbaaak😊😊
HapusOiyaa mbk makasii makasii mbk 😘
Saya suka bagian:
BalasHapusAku tak menuntut kebahagiaan
melebihi bahagianya menatap
lukisan senyum
diwajah keriput orang tuaku
Hehehhe makasii mas 😊
Hapuskata-katanya cukup buat merenung juga mb
BalasHapusMakasii mbk mahmudah 😘😊
BalasHapus