Cerita Sahabat Nabi, Sayyidina Bilal bin Rabbah (part 2)
20.35
Embun
pagi kembali hadir dengan segala pesona yang tersirat. Bersama sejuta makna
tersirat, semoga kita dapat memetik segala makna dalam kehidupan kita.
Melanjutkan
cerita sahabat Nabi yang sangat mencintai Nabi dan sangat dicintai oleh Nabi
Muhammad SAW. Cerita sebelumnya bisa disimak disini.
Cerita
haru tentang sebuah rasa kehilangan. Sayyidina Bilal begitu terpukul dengan
meninggalnya Nabi Muhammad SAW. Kecintaannya kepada Nabi Muhammad begitu besar,
sehingga Sayyidina Bilal begitu takut untuk ditinggal oleh Rosulullah.
Sayyidina
Bilal tertunduk dihadapan kubur Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam. dengan
derai air mata. Dan tiba-tiba disaat itu ada yang menepuk kepala Sayyidina
Bilal bin Rabbah,
“Bilal...”
Sayyidina
Bilal menoleh. Ternyata yang berdiri dibelakangnya adalah Sayyidina Abu Bakar
As Sidiq dengan Sayyidina Umar bin Khatab. Lalu Sayyidina Bilal berdiri dan ditegur
oleh Kholifah Abu Bakar As sidiq :
“Wahai Bilal,
engkau menangis dan tangismu tidak seperti biasanya .. “
Lalu Sayyidina
Bilal berkata :
“Wahai
kholifah, sungguh aku saat ini merasakan takut yang sangat. “
“Takut
apa ? “
“Aku takut
ditinggal oleh Rosulullah.”
"Emangnya
kenapa Bilal ? melakukan dosa apa kamu Bilal ?"
"Aku
bermimpi bertemu Rosulullah, Rosulullah menegurku 'Bilal, alangkah keras
hatimu, mana kerinduanmu kepadaku lama engkau tidak pernah kunjung
kepadaku' ini kalimat yang aku rasakan dan aku pahami dalam mimpi
itu,sungguh aku takut ditinggal oleh Rosulullah"
Derai air mata semakin mengucur, mengiringi kesedihan Sayyidina Bilal, beliau takut ditinggal Rosulullah. Kemudian Sayyidina Abu bakar menghibur Sayyidina Bilal seraya berkata :
"Wahai Bilal,
ketahuilah, air mata yang pernah menangis karena rindu kepada Rosulullah tidak
akan ditinggal oleh Rosulullah. Engkau adalah orang yang tidak akan ditinggal
oleh Rosulullah"
"Benarkah
begitu wahai Abu Bakar ?"
"Yaa. Engkau adalah orang yang tidak akan ditinggal oleh Rosulullah."
Maka
bergembiralah Sayyidina Bilal bin Rabbah dan merangkul Sayyidina Abu Bakar As Sidiq
dan redalah air mata itu. Kemudian setelah air mata reda, mereka ngobrol dan
tiba-tiba Sayyidina Abu Bakar, berkata :
"Bilal, mumpung kamu di Madinah, bagaimana kalo kamu
adzan ?"
Sayyidina Bilal ketika mendapatkan tawaran itu,
tiba-tiba Sayyidina Bilal menoleh ke menara, kemudian melihat ke kubur Nabi
Muhammad. Air mata yang sudah terhenti, mulai berderai lagi.
Melihat ke Menara
dan melihat ke kubur Nabi Muhammad, kemudian menggelengkan kepala. Dan berkata :
"Tidak wahai Abu Bakar, Tidak wahai Umar. Aku belum
kuat untuk adzan."
Sayyidina Bilal tak kuasa menghentikan air matanya lagi. Kenangan bersama Nabi Muhammad. Tidak lama kemuadian ada dua anak kecil
datang kepada Sayyidina Bilal. Menggonceng tangan Sayyidina Bilal. Yang satu di
tangan kiri Sayyidina Bilal, dan berkata :
"Haiii, tukang adzan Kakekku .."
Terkaget Sayyidina Bilal lalu menoleh. Ternyata
dikanannya Sayyidina Hasan, dan dikirinya Sayyidina Husen.
Sayyidina Bilal
betul-betul kaget, dan mengangkat kedua tangannya, dan berkata :
"Ya Allah .. terimakasih, aku rindu kepada kekasihMu
Nabi Muhammad, dan telah Engkau kirim kepadaku orang yang dicintai Nabi
Muhammad."
Kemudian Sayyidina Bilal menghadap kepada Sayyidina
Hasan. Sayyidina Hasan diberdirikan, Sayyidina Husen diberdirikan. Lalu
Sayyidina Bilal melihat wajah Sayyidina Hasan, kemudian melihat kaki Sayyidina
Husen. Berpindah melihat wajah Sayyidina Hasan dan menoleh kepada kaki
Sayyidina Husen. Dan dilakukan berulang kali.
Karena ketahuilah wajah Sayyidina
Hasan sangat mirip dengan Rosulullah. Dan kaki Sayyidina Husen sangat mirip
dengan kaki Rosulullah. Sehingga Sayyidina Bilal melihat wajah Sayyidina
Hasan kemudian melihat kaki Sayyidina Husen. Dan dipeluklah dua anak kecil ini,
dipelukalah Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen dengan derai air mata, dan
berkata :
"Yaa Rosulallah, sungguh bau keringatmu aku temukan
di cucumu yaa Rosulallah."
Itulah makna kecintaan Sayyidina Bilal kepada
Rosulullah. Bagaimana dengan kita ? sholawat terasa berat, menjalankan segala
sunnah-sunnah yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad begitu disepelekan.
Karena menganggap tidak wajib.
Bagaimana dengan kita, seolah kita lupa ada seorang kekasih Allah yang tengah menunggu kita. Baginda Nabi Muhammad SAW begitu memperjuangkan umatnya. namun apa yang kita lakukan disini. Sungguh jauh dari apa yang diharapkan kita Muhammad SAW.
(bersambung ...)
0 komentar