Cerita Sahabat NAbi, Sayyidina Bilal bin Rabbah (part 3)

09.09



Bismillah ..

Melanjutkan cerita makna kecintaan Sayyidina Bilal bin Rabbah kepada Rosulullah. Maha baik Allah dalam segala anugrah yang dicurahkan kebapa hamba-hambaNya. Allah maha mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan hambaNya. bahkan setiap rasa yang tak pernah kita tuangkan kepada bumi, Allah mengetahui. Tidak hanya mengetahui saja, namun Allah memberikan apa yang kita anggap tidak mungkin terjadi.

Lihatlah ketika Sayyidina Bilal terus menangis dalam ketakutannya. Beliau bahkan tidak mengucapkan bahwa ia merindukan Rosulullah. Beliau berkali-kali menjawab bahwa Sayyidina Bilal takut ditinggal Rosulullah. Namun Allah mengetahui, bahwa sebenarnya Sayyidina menahan rindu yang begitu mendalam.

Hingga Allah menghadirkan Rosulullah dalam mimpi sayyidina Bilal. Meskipun mimpi itu membuat sayyidina Bilal ketakutan, namun berakhir pertemukan haru antara Sayyidina Bilal dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen. 

Tiba-tiba Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen berkata :
“Bilal, aku kangen pengen denger suara kamu adzan. Bagaimana kalau kamu adzan ?”

Sayyidina Bilal bingung, menoleh ke wajah Sayyidina Umar dan Sayyidina Abu Bakar, dan Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar mengatakan :

“Lakukan Bilal ..”

Hubungan baik antara sahabat Nabi dengan cucu Rosulullah begitu indah. Meskipun Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen masih kecil, namun sahabat-sahabat Nabi begitu menghormati cucu Nabi.

Kemudian Sayyidina Bilal menoleh dan berkata :
“Wahai Hasan dan Husen, sebelum engkau meminta, Kholifah dan wakilnya meminta aku untuk adzan, tapi aku tolak. Tapi karena saat ini yang meminta adalah dirimu wahai Hasan dan Husen cucu Rosulullah, aku tidak berani untuk menolak sebab aku takut jika aku menolak permintaanmu saat ini, aku takut nanti ditolak untuk adzan di depan Rosulullah di surga nanti.”

Dengan suara gemetar Sayyidina Bilal menjawab dan mengabulkan permintaan Sayyidina Hasan dan Husen. Semua itu tetap karena Rosulullah. Karena Sayyidina Bilal takut ditolak adzan dihadapan Rosulullah di surga nanti. Begitu mendalam kecintaan Sayyidina Bilal kepada baginda Rosulullah SAW.

Sehingga ditentukanlah kapan Sayyidina Bilal adzan. Dan disepakati Sayyidina Bilal adzan pada waktu Shubuh. Beberapa orang sudah mulai menunggu kapan Bilal mulai adzan. Datanglah waktu Shubuh, semua orang sudah menunggu, dan mulai mencari-cari dimana Sayyidina Bilal.

Saat sudah masuk waktu sholat, tiba-tiba ada seseorang berdiri. Seseorang itu memang hitam, namun memancar dari kehitamannya ini penuh kecintaannya kepada Rosulullah. Semua pandangan tertuju pada Sayyidina Bilal yang berdiri persis ditempat yang biasanya dulu berdiri Sayyidina Bilal bin Rabbah,  maka suasana itu telah mengingatkan kepada Rosulullah.

Sehingga mulai berjatuhan air mata dari orang yang hadir ditempat itu. Kemudian Sayyidina Bilal berjalan, dan jalannya Sayyidina Bilal tidak berubah seperti dahulu. Maka semakin kuat kenangan mereka kepada Rosulullah. Sehingga yang hadir di masjid mulai menangis.

Dan berjalan terus dengan lambat menapak tanah. Sayyidina Bilal berjalan memecah barisan menuju ke menara. Disaat Sayyidina Bilal mulai naik menara, tanggis yang ada di dalam masjid semakin kuat. Seperti itulah yang pernah mereka saksikan dulu bersama Baginda Nabi Muhammad SAW.

Sayyidina Bilal semakin mendekati menara dengan derai air mata. Setelah berada diatas seraya mengusap dan membasuh air matanya, Sayyidina Bilal menoleh ke tempat yang biasanya Rosulullah. 

Sayyidina Bilal hanya bisa menutup matanya dan menguras air mata yang semakin deras. Dengan membasuh air matanya ia berkata :
“Disitu dulu aku pernah melihat Rosulullah”

Tangis semua orang yang berada di masjid pecah bersama tangisan Sayyidina Bilal. Sehingga disebutan tidak ada tangis di Madinah lebih banyak daripada saat itu.

Dan Akhirnya Sayyidina Bilal memulai adzannya :
“Allahu Akbar Allahu Akbar ..”

Suara itu terdengar dimana-mana. Dan sungguh berbarengan dengan suaranya Sayyidina Bilal itu, serempak orang yang ada disitu, terdengar pula suara dari jamaah suara tangis yang begitu mengharukan. Sayyidina Bilal pun melanjutkan adzan .

“Allahu Akbar Allahu Akbar ..”

Para jamaah sambil menjawab adzan Sayyidina Bilal tangis semakin kuat. Bahkan ada yang diantara mereka berjatuhan pingsan. Apa yang menjadikan mereka menangis ? Apa yang menjadikan mereka seperti itu ?

Kenangan bersama Nabi Muhammad begitu membekas dalam hati mereka. Karena semua yang terjadi saat itu mengingatkan kenangan bersama Rosulullah. Sehingga orang yang berada diluar masjid yang belum sempat datang pun berbondong-bondong bergegas menuju masjid karena mendengar suara Sayyidna Bilal yang telah lama hilang.

Karena dulu disaat mendengar suara Sayyidina Bilal, pasti ada Rosulullah. Jadi disaat mendengar suara Sayyidina Bilal, yang ereka pikirkan saat itu adalah seolah-olah Rosulullah hadir kembali. 

Sehingga mereka bertanya :
“Apakah Rosulullah dihadirkan kembali ?”
“Apakah Rosulullah dibangkitkan lagi ?”

Dijawab oleh seseorang yang telah berada di masjid,
“Tidak, itu suaranya Bilal ..”

Mereka kecewa dengan jawaban itu. Sembari menundukan kepala dan berkata :
“Oh itu hanya Bilal, dan tidak ada Rosulullah ditengah-tengah kita”

Kemudian sayyidina Bilal melanjutkan adzan. Sampailah adzan beliau :

“Asyhadu an-laa ilaaha illallah, Asyhadu an-laa ilaaha illallah ...”

Suara tanggis semakin ramai. Sampailah Sayyidina Bilal bin Rabbah kepada kaliamat :

“Wa Asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah ... “

Suaranya melemah dan kemudian hilang. Sayyidina Bilal pingsan diatas mimbar. Disaat menyebut kaliamat itu. Sehingga disaat tersadar, Sayyidina Bilal hanya bisa berkata :
“Lanjutkan, aku tidak mampu melanjutkannya lagi.”

Masya Allah. 
Semua ini dalah makna kecintaan mereka kepada Nabi Muhammada SAW. Mari kita hayati bagaimana perasaan kita disaat nama Nabi Muhammad disebut, bagaimana kerinduan kita terhadap Rosulullah. Itu pun hanya perbandingan, meskipun tidak sebanding dengan kecintaan mereka terhadap Rosulullah, minimal kita dapat mengoreksi bagaimana hati kita terhadap Baginda Nabi. 

Bagaimana bila kita sebut tentang Nabi Muhammad. Yuk kita utamakan dalam kehidupan kita Rosulullah SAW.   


Seseorang nanti akan bersama yang dicintai Rosulullah SAW. Semoga allah benar-benar menjadikan kita hamba yang begitu mencintai Rosulullah. Hingga kita dapat bertemu dengan Rosulullah di surga Nya nanti. 


(selesai ..)

You Might Also Like

8 komentar

  1. Terhenyut... membayangkan kondisi saat bilal azan kembali... suasana kehadiran Rasul.. benar2 ... MasyAllah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dibayangkan bagaimana kerinduan bilal kepada Rosulullah 😢😢

      Hapus
  2. Luarbiasa kisahnya jadi bahan perenungan untuk semakin mendekatkan diri.

    BalasHapus