Mencintai Kekasih Halal

15.06




Bismillah ...

Air mata yang tak di tengok. Isak yang tak terdengar, hati demi hati mati layu oleh pesona satu orang. Mengapa cinta, tetapi bungkam ?

Mencintai dalam diam adalah seperti menari takjim sendirian diantara kabut pagi disebuah padang rumput yang megah dan indah.

Dan meski tidak tersampaikan, tidak terucap, demi menjaga kehormatan perasaan, kita selalu tahu itu sungguh tetap sebuah tarian cinta.

Semoga esok Allah mengijinkan menari bersama dalam ikatan yang direstui agama dan dicatat oleh negara. Aamiin.

Terkadang ada banyak karunia yang Allah sembunyikan lewat bungkus yang bernama masalah. Kunci dalam meraih pintu karuniaNya adalah prasangka. 

Dan prasangka ali waktu itu, berfikir bahwa Fatimah mencintai laki-laki lain. Kemudian dengan rasa ikhlas dan ketaatannya kepada ayahanda, Rasulullah, Fatimah bersedia menikah dengan Ali.

Penantian panjang. Pengorbanan yang tak pernah padam yang diarungi seorang Ali seakan tak bernilai saat itu. Hingga Ali menundukan kepalanya, memalingan tatapan matanya yang semula bertemu pada kedua bola mata Fatimah.

Dalam diam Ali mengelola rasa. Tak mampu berpaling sebenarnya. Kemudian berbalik menatap sosok wanita surga itu, dan berkata, 

“Fatimah, kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, kau pun tahu betapa aku berjuang memendam rasa cintaku demi untuk ikatan suci bersamamu, kau pun juga tahu betapa bahagianya kau telah menjadi istriku.

Tapi Fatimah, tahukah engkau saat ini aku juga merasa sedih karena mengetahui hatimu sedang terluka. Sungguh aku tak ingin orang yang kucintai tersakiti, aku bisa merasa bersalah jika seandainya kau menikahiku bukan karena kau sungguh-sungguh cinta kepadaku.

Walupun aku tahu lambat laun pasti kau akan sangat sungguh-sungguh mencintaiku. Tapi aku tak ingin melihatmu sakit sampai akhirnya kau mencintaiku.”

Fatimah pun tersenyum mendengar kata-kata Ali, Ali diam sesaat sambil merenung, tak terasa mata Ali pun mulai keluar air mata, lalu dengan sangat tulus Ali berkata lagi, 

“Wahai Fatimah, aku sudah menikahimu tapi aku belum menyentuh sedikit pun dari dirimu, kau masih suci. Aku rela kau menikah dengan pemuda yang kau cintai itu, aku akan ikhlas, lagi pula pemuda itu juga mencintaimu.

Jadi aku tak akan khawatir ia akan menyakitimu. Aku tak ingin hanya aku yang mencintaimu saat ini, sungguh aku sangat mencintaimu, demi Allah aku tak ingin kau terluka… Menikahlah dengannya, aku rela”.

Fatimah juga meneteskan airmata sambil tersenyum menatap Ali, Fatimah sangat kagum dengan ketulusan cinta Ali kepadanya, ketika itu juga Fatimah ingin berkata kepada Ali, tapi Ali memotong dan berkata, 


“Tapi Fatimah, sebelum itu, bolehkah aku tahu siapa pemuda yang kau pendam rasa cintanya itu?  aku berjanji tak akan meminta apapun lagi darimu, namun izinkanlah aku mengetahui nama pemuda itu.”

Lihat, bagaimana kedua makhluk Allah ini menyelesaikan masalah ?
Tidak ada celaan sedikit pun. tunduk terhadap ketentuan-ketentuan Allah dalam menyikapi segala hal. berkata dengan lembut dalam keadaan apapun. Dan berusaha menjaga gati dan rasa satu sama lain.


Bersambung ...

You Might Also Like

0 komentar