Ukasyah Ibnu Muhsin (bagian 2)

10.04





Bismillah ...

Senja hadir mengingatkan hari semakin tua. Seolah bertanya, apa yang telah usai hari ini ? sudahkah memanfaatkan waktu sebaik baiknya ? sudahkah menjadi lebih baik dari hari kemarin ? sudahkah bermanfaat untuk orang lain hari ini ?

Matahari beranjak pulang. Mengajak sedikit saja menyepi merenungi apa yang kita lewati sejak dini hingga hari menua.

Sosok teladan yang kita pelajari hari kemarin, menjadi sosok yang ikhlas, membuka diri untuk menerima balasan atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan, baik sengaja maupun tidak.

Kita sebagai manusia biasa, terkadang dengan mudahnya menyakiti ataupun mengambil hal orang lain. Mengambil hak orang lain bukan selalu materi. Waktu, kesempatan, kasih sayang, hingga cinta.

Mendapatkan perlakuan baik adalah hak orang lain atas diri kita. Cobalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Yuk perhatikan hak orang lain, kemudian memperhatikan kewajiban sosial yang sudah sepatutnya kita lakukan sebagai makhluk sosial.

Setelah itu, apa yang kita lakukan ?

Mengingat catatan lalu, pelajaran berharga yang sudah sepatutnya kita teladani adalah melembutkan hati untuk meminta maaf.

Diungkapkan sebuah hadis Nabi saw. Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah saw, 

“Barangsiapa pernah melakukan kedzaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat). (Kelak) jika dia memiliki amal shaleh, akan diambil darinya seukuran kedzalimannya. Dan jika dia tidak mempunyai kebaikan (lagi), akan diambil dari keburukan saudara (yang dizalimi) kemudian dibenankan kepadanya. (HR al-Bukhari).

Melanjutkan kisah sahabat Rasulullah SAW, Ukasyah Ibnu Muhsin. 

Ketika Rasulullah memberikan kesempatan kepada semua orang yang berada di masjid untuk mengqisas Rasulullah, tentu saja tidak ada yang tunjuk tangan. Karena mereka tau bahwa Rasulullah adalah orang yang sangat lembut dan pengasih bagi setiap umatnya.

Namun ada satu orang yang pada akhirnya tunjuk tangan, Ukasyah Ibnu Muhsin, dan mengatakan :

“Aku wahai Rasul, yang pernah engkau sakiti. Kau mungkin tidak ingat bahwa dulu pada saat perang badar, kau pernah mencambukku dengan tongkatmu kau memukulku. Mungkin itu kau tidak sengaja tapi itu sangat menyakiti badanku wahai Rasul. Dan pada hari ini aku ingin membalasnya.”

Seluruh sahabat kaget dan mereka berdiri dan berkata :

“Wahai Ukasyah. Kenapa engkau berani berkata seperti itu. Rasulullah SAW dalam keadaan sakit parah dalam keadaan yang lemah kau masih juga berani-beraninya berkata seperti itu.”

“Kalau begitu pukul saja kami.” Kata Abu Bakar, “Kalau begitu  cambuk saja kami.” Kata Umar, “Kalau begitu lakukan saja pada kami” kata Ali dan seluruh sahabat-sahabat lainnya.

Namun apa kata Ukasyah,

“Tidak, aku hanya ingin memukul Rasulullah sebagaimana Rasulullah pernah memukulku, pernah mencambuku”

Maka Rasulullah SAW dengan suara parau mengatakan :

"Wahai sahabatku , duduklah. Tidak apa-apa. Biarkan ini menjadi qisas bagiku karena aku pernah tidak sengaja memukul Ukasyah."

Lihatlah, bagaimana Rasulullah sangat memperhatikan kesalahan beliau yang sebenarnya sama sekali Rasulullah tidak sengaja memukul Ukasyah dalam perang badar. Bahkan Rasulullah tidak tau kalau beliau pernah memukul Ukasyah.

Manusia luar biasa ini benar-benar kekasih Allah. hatinya begitu lembut. Ketika banyak sahabat yang menghalangi Ukasyah. Rasulullah justru menyilahkan Ukasyah untuk memukulnya.

Bagaimana dengan kita ? masih berberat hati untuk meminta maaf atau memaafkan ?


Bersambung ....

You Might Also Like

8 komentar