Ukasyah Ibnu Muhsin (Bagian 3)

09.34


Bismillah ..
Menatap bintang di pagi hari menjadi moment cantik untuk muhasabah bagi diri. Bintang yang menjulang tinggi di atas sana saja tunduk dan patuh akan segala ketentuan Nya. Bagaimana dengan kita ?

Sayup-sayup pulang berganti matahari. Datang berlahan memberikan kesejukan atas ijin sang Maha Khaliq. Menjadi sahabat matahari di dini hari membuat kita merasakan kelembutannya, mesti sesekali menyalakan terik di sepertiga siang.

Seolah tak cukup kemesraan itu terpaut kepada Nya. Menyetiakan waktu untuk Nya, sebelum menyapa dunia. indah bukan ? tida ada sahabat terbaik bagi diri selain mengikatkan dan mengantungkan hati kepada Nya. Rasa taat semoga setia menjadi sahabat sejati.

Sahabat bukan sekedar manusia yang hadir dengan membawa segala kesibukandan kepentingan dan kemudian pergi begitu saja. Sahabat bukan saja seseorang yang meletakan kepala dipundak kita dan ketika kebahagiaan datang ia pergi entah kemana.

Persahabatan menjadi posisi terbaik dalam perjalanan hidup kita. Karena sahabatlah yang seharusnya setia menemani dunia dan akhirat. Nyata maupun dalam doa. Segala kasih sayang harusnya terlibat dalam satu kata ini. Sahabat.

Tiada cerita indah tentang persahabatan, melebihi cerita Rasulullah dengan para sahabat. Salah satunya cerita Ukasyah Ibnu Muhsin. Lanjutkan cerita kemarin ya dear ...

Ketika Rasulullah telah siap untuk mendapatkan qisas yang akan diberikan oleh Ukasyah, maka seluruh sahabat berkata :

“Tidak wahai Rasulullah , tidak mungkin kami membiarkan tubuhmu yang suci ini dipukul oleh Ukasyah.”

Ukasyah adalah sahabat Rasulullah yang meminta kepada Rasulullah agar dirinya masuk surga tanpa dihisab dan Rasulullah SAW mengiyakan itu.  Namun Ukasyah berani-beraninya berlaku demikian kepada Rasulullah.

Kemudian ketika Rasulullah SAW membuat badannya siap untuk dipukul, dan kemudian berkata :

“Pukulah saya wahai ukasyah”

Dan apa yang dikatakan oleh ukasyah :

“Tidak cukup wahai Rosul, dulu engkau memukulku , dulu engkau mencambuku dalam keadaan aku tidak berpakaian dan itu sangat membekas dibahuku, dan aku juga ingin engkau juga membuka pakaianmu, supaya aku bisa memukul bahumu, supaya aku bisa memukul punggungmu.”

Semua orang kaget dan kembali berkata :

“Ukasyah, betapa tidak sopannya kamu. Apa yang engkau lakukan kepada Rasulullah ?”

Ukasyah tetap bertahan, ia tetap ingin memukul Rasulullah. Rasulullah SAW menenangkan seluruh sahabat-sahabatnya, dan mulai membuka baju. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Ukasyah

“Aku telah membuka bajuku wahai Ukasyah. Silahkan engkau membalas perlakuanku kepadamu”

Kerendahan hati Rasulullah sungguh tidak ada tandingannya. Manusia luar biasa. Pemimpin yang sangat berpegang teguh pada hukum Agamanya. Seorang laki-laki penuh tanggung jawab.

Maha Suci Allah mengijinkan kita untuk mencintai baginda Nabi Muhammad SAW.


Bersambung ...

You Might Also Like

4 komentar